Purwakala....
Dalam ketidaksengajaan, terlihat cagar elok, berseri
indah. Kerlingan kedua matanya pun membias kalbu Rama pada Dewi Shinta memuji.
Rama jatuh cinta.....
Luapan kasih sayang Rama pada Dewi Shinta membanjiri
sabana yang gersang. Tak pernah usang walau rintangan menggempurnya, seperti
tentara bersenjatakan panah bermata iblis.
Semerbak aroma sekar juita nan ranum berselimut suci
embun di fajar itu menggeliat sanubari Rama yang sedang dimabuk gelora asmara.
Parfum kelembutan sejuta rasa jiwa berkibar narsis di
cakrawala Tuhan Semesta. Laksana panji-panji kebesaran yang menikmati kemana
prahara berwisata nikmat mengelilingi buana cinta.
Kali ini Rama baru saja menerima pangkat kebur
bertahtakan nestapa. Ngarai temeram menganga terpeleset dan tercebur ke
dalamnya. Sarira lemah tiada berdaya sedang mengusik sukma. Terdengar pitawat
bijak dari Dewi Shinta pada Rama yang menyesali atas kedunguannya. Petuah Dewi
Shinta yang arif, memuntahkan air mata kehidupan jiwa Rama, dan ia menggumam
dalam hatinya: "andai aku tak mampu berbuat kerugian, pasti aku tak akan
pernah mengerti akan roda kehidupan ini. Bahkan aku bukan manusia, Tuhan......
Bukankah kau ciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangan. Salah dan
lupa. Baik dan buruk, dan masih banyak lagi yang belum aku mengerti Tuhan. Dan
yang lebih berarti, aku akan merasakan selayaknya manusia jika dalam
perjalananku bertemu rintangan, tantangan dan mampu menghadapi ujian itu.
Bukankah sejatinya manusia adalah saat ia merasakan, menghadapi, dan mampu
menyelesaikan tantangan itu????".
Kini Rama bersimpuh di altar Tuhan, meluapkan segala
keresahan dan kegalauan hati yang menyiksanya. Seolah percakapan Rama dan Dewi
Shinta terbatasi tembok tebal dan tinggi.
Dalam untaian kata, tak pernah kuragu untuk mengatakan
bahwa kau adalah Heroni dalam membuka tabir hitam. Menyinari dengan pelita
kerlap-kerlipnya, membuka tabir kedamaian....
Saat sekelilingmu tak memberikan senyuman dalam
perjuanganmu yang bulat, tapi hanya cubiran dari belakang bagai empedu yang kau
rasa.
Aku bukan bahadur bersenjata samurai dari Negeri
Sakura, atau kungfuku dari Tirai Bambu.Bersama kalam Tuhan ku pancarkan,
terangi setiap langkah.
Tweet |
No Response to ""
Posting Komentar