Awalnya adalah coretan, kemudian mengalami pergeseran. Huruf
timbul setelah evolusi simbol. Bukan lagi spesifik, tapi bisa dirangkai
menjadi bermacam-macam “kalimat”. Ketika huruf-huruf di blog ini
terangkai, tentu Anda kemudian bisa membaca. Tanpa huruf, mustahil
“kalimat” saya bisa tersampaikan.
Namun
tidak sesederhana itu akhirnya. Meskipun huruf sudah “ditemukan”,
akhirnya menemukan ruang untuk mempercantik bentuk. Dari sanalah muncul
bermacam-macam corak, meskipun hurufnya sama. Dalam kaligrafi juga
demikian. Ada bermacam-macam corak, sebagaimana huruf-huruf mutakhir
yang sudah dirumuskan oleh program komputer: font.
Ada times, arial, serif, dan lain sebagainya. Masing-masing jenis
mempunyai keluarga sendiri-sendiri yang memiliki kemiripan. Seperti
arial dan helvetica misalnya, keduanya tampak mirip satu dengan yang
lain meskipun keduanya berbeda.
Huruf “H” tanpa terangkai dengan “uruf” bukanlah apa-apa. Kecuali memang dimaksudkan untuk membuat seseorang bertanya-tanya.
Kalimat “Jangan buang sampah sembarangan” misalnya, yang tertulis di
sebuah halaman sekolahan akhirnya menjadi penyampai bahwa di halaman
tersebut seseorang dilarang membuang sampah seenaknya sendiri. Yang bisa
membaca mudah mengerti. Yang belum, perlu “dipertanyakan lagi”.
Huruf menggantikan simbol yang memiliki bermacam-macam makna. Huruf menyampaikan bahasa.
Setelah melewati fungsi huruf, bentuk menjadi bagian lain yang
memperkuat penyampaian. Jenis satu dengan yang lain mempunyai karakter
berbeda. “Jangan buang sampah sembarangan” tertulis arial, mudah dibaca,
bukan dengan huruf latin yang mempunyai karakter lembut.
Huruf arab jenis kufi misalnya, memiliki karakter kotak-kotak
(kubisme) yang memberi kesan kokoh. Kelenturan diwani, dan goresan
farisi memberi keluwesan dalam menyampaikan makna dalam tulisan. Dari
keperluan fungsi penyampaian akhirnya muncul bermacam-macam bentuk dan
gaya.
belajarkaligrafiislam.wordpress.com
Tweet |
No Response to ""
Posting Komentar